Indonesian Tea Class 21 Agustus 2016

/
0 Comments
Jadi ingat sedari masih kecil kalau pesen minum di Restaurant atau dimana saja pasti teh. Dari yang murah meriah kaya es teh tawar warteg, Lemon Tea, Green Tea, Lychee Tea sampai yang pahit kayak Black Tea. Kebetulan selagi browsing-browsing di handphone, aku menemukan acara kelas teh. Iseng-iseng aku daftar.
Bersama Bu Ratna (Kedua dari Kiri) Cantik Ya :) 

Di pagi hari yang cerah pada 21 Agustus 2016 kemarin, Aku menghadiri Indonesian Tea Class yang diselenggarakan oleh Detik. Acara tersebut bertempat di Almond Zucchini Cooking Studio. Narasumbernya adalah Bu Ratna Somantri, salah satu dari Tea Specialist di Indonesia.

Acara dimulai pukul 10 Pagi dan dibuka oleh Bu Odilia Winneke perwakilan dari Detik Food. Pihak Detik menjelaskan bahwa mereka ingin mempopulerkan Teh asli Indonesia sama halnya dengan saat mereka mempopulerkan kopi Indonesia di kalangan pencinta Kopi Tanah Air.

Tidak Lama Bu Ratna pun dipersilahkan melanjutkan, Beliau memulai dengan menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil teh ke 7 terbesar di dunia. Rakyat Indonesia hanya mengenal teh rumahan yang dijual di Supermarket Lokal. Orang Indonesia kebanyakan tidak paham bahwa di Indonesia tersebar perkebunan-perkebunan teh yang relatif banyak jumlahnya. Perkebunan tersebut adalah Perkebunan Teh PTPN (Perkebunan Nusantara) yang merupakan satu-satunya penghasil Black Tea, Perkebunan Swasta dan Perkebunan Rakyat. Perkebunan-perkebunan tersebut tersebar di beberapa tempat di Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Dahulu sempat ada di Malino, Sulawesi Selatan, namun sekarang sudah tidak ada lagi. Banyaknya perkebunan tersebut menggambarkan betapa ironisnya bahwa kebanyakan orang Indonesia hanya mengetahui jenis teh kemasan dan teh hijau Jepang saja. Beliau melanjutkan dengan fakta bahwa harga teh Indonesia masih dibawah teh impor. Padahal kualitas serta proses pembuatan teh Indonesia tidak kalah bila diadu dengan Teh Jepang maupun Teh Inggris.

Daun Teh Pada Umumnya

Teh dibagi dalam dua spesies yaitu Sinenis dan Assamica. Bu Ratna menganalogikan spesies tersebut dengan Robusta dan Arabica di dunia Kopi. Assamica bercita rasa lebih pahit atau orang Indonesia biasa mengistilahkan dengan "sepet" dan Sinensis agak beraroma lebih amis. Selain Sinensis dan Assamica ada juga sebutan Tisane. Tisane adalah daun atau bunga yang dikeringkan dan terkadang dipergunakan untuk obat-obatan. Contohnya, Chamomile, Rosela dan Bunga Krisant. Nama lain Tisane adalah Teh Herbal. Bu Ratna menjelaskan, Dauh Teh yang paling enak itu adalah Pucuknya (Flowery Orange Pekoe/FOP/P). Hmm, jadi inget merk teh yang terkenal itu ya. Maksimal teh dipetik hingga P+4 ( Souchong), daun teh P+5 sudah dipastikan tidak enak oleh Beliau. Di acara ini diperkenalkan 3 Jenis teh:

1. Indonesian Green Tea: Indonesian Sencha
2. Indonesian Black Tea : Indonesian Black Tea yang di proses serupa dengan pembuatan Teh China
3. Indonesian White Tea : Indonesian Silver Needle Tea
3. Indonesian Oolong Tea: Banten Oolong Tea

Bu Ratna mengajak peserta untuk mencicipi dan menghirup aroma bermacam-macam jenis teh. Kami juga diajak untuk memahami tahapan bagaimana teh ditanam, dipetik dan juga proses pembuatan dari Daun hingga menjadi Teh yang siap seduh. Daun teh mengalami proses oksidasi. Oksidasi itu contohnya: ketika kita mengiris apel dan diletakan di ruangan terbuka lalu apel tersebut menguning. Sama halnya dengan  daun teh. Teh hitam mengalami 100% Oksidasi, Oolong Tea mengalami 50% (fermentasi sebagian) dan Green Tea mengalami 0% oksidasi (Tidak difermentasikan). Teknik pembuatan teh Hijau Cina dibagi penjadi 3 cara, yaitu dikeringkan dimatahari, Pan Fired (menggoreng teh di wajan) dan Charcoal Fired. Untuk Teh Hijau Jepang pada umumnya teh dibuat dengan proses Steamed. Lalu untuk Indonesian Black Tea, prosesnya dibagi menjadi 2 bagian yaitu Orthodox dan CTC (Crush, Tear, Curl) mencontoh pembuatan teh dari India. Terakhir proses pembuatan White Tea yang paling mudah yakni hanya dijemur dimatahari saja atau dijemur di oven.

Ada tiga faktor yang membagi karakteristik dari setiap teh, yaitu:
1. Varietas spesifik atau kultivar dari daun Camellia Sinensis
2. Cara daun teh tersebut di proses
3. Cara daun teh tersebut ditanam

Pada pagi hari itu dijelaskan 6 Tahapan dari proses pabrikan proses yaitu, pencabutan, pelayuan, penggulungan, pembentukan, oksidasi, pembakaran dan tahapan terakhir ialah pemilihan teh yang layak untuk dikonsumsi. Proses tersebut mengasilkan 6 tipe teh dasar : White Tea, Green Tea, Yellow Tea, Oolong Tea, Black Tea dan juga Dark Tea. Sebenarnya masih banyak lagi variasi teh dan itu tergantung dari tiap-tiap proses yang berbeda-beda.

Sinensis Green Tea

Assamica Green Tea

Japanese Steamed Green Tea

Indonesian Steamed Green Tea

Indonesia Pan Fired Green Tea

Indonesian Black Tea Chinese

Indonesian Black Tea Indian

Indonesian Black Tea CTC

Black Tea BOP (Broken Orange Pekoe)


Green Tea Fanning

Indonesian Oolong China

Indonesian Oolong Indian

Indonesian White Tea

Hasil teh juga dipengaruhi oleh faktor geologi, geografi dan iklim serta perbedaan keunikan jenis tanah di tiap-tiap negara, daerah-daerah dan lereng-lereng yang juga dibedakan dengan musim dan cuaca lokal. Itulah hal yang membuat bibit teh yang sama namun jika ditanam di tempat yang berbeda akan menghasilkan cita rasa dan bentuk yang berbeda pula. Teh Indonesia lebih lebar daunnya, lebih gelap warnanya dan rasanya "sepet". Sedangkan Teh Cina dan Teh Jepang daunnya lebih kecil, rasanya lebih ringan, lebih manis dan lebih wangi.

Daerah perkebunan teh di Indonesia adalah:
1. Jawa Barat (Menghasilkan 78% teh di Indonesia)
2. Jawa Tengah
3. Sumatera Utara
4. Jawa Timur
5. Sumatera Barat
6. Bengkulu
7. Jambi & Sumatera Selatan (Penghasil teh Kayu Aro)

Teh yang dihasilkan di Indonesia yaitu Black Tea yang diproses melalui system Orthodox dan CTC (Crush, Tear, and Curl) dan Green tea yang dibuat dengan teknologi Pan Fired. Indonesia juga memproduksi teh jenis spesial tetapi dengan kuantitas yang sedikit yaitu: White Tea, Japanese Style Green Tea, Taiwanese Style Oolong, Oolong, Red Tea dan Green Tea yang di proses dengan metode Cina.

PT Bukit Sari salah satu Perkebunan Teh yang hadir di Indonesian Tea Class

Produk dari PT Bukit Sari (White Tea nya enak banget lho!)

Sudah setahun belakangan ini aku mengkonsumsi Teh Hijau celup, tiap pagi di kantor selalu minta tolong sama OB untuk membuatkan. Tapi, setelah ikut kelas ini, aku jadi paham cara membuat teh yang benar. Suhu yang tepat untuk menyeduh teh adalah 80 derajat celcius dan harus diseduh selama 7 menit, jika tidak menggunakan Teh Celup maka takaran yang benar adalah 3 Gram. Pantes aja, kadang teh yang kuminum kadang berubah warna menjadi coklat gelap. Kemungkinan karena didiamkan terlalu lama.

Kesimpulannya, ikut acara ini sangat bermanfaat. Sebagai orang awam tentang teh aku jadi mengerti dan lebih mencintai teh Indonesia. Dan yang paling utama selain mendapatkan Goodie Bag yang berisi beraneka jenis teh (review menyusul) aku juga jadi salah satu pemenang DoorPrize lhoo. Aku mendapatkan Satu Set Tea Cup, Saucer dan Bread & Butter Plate dari Royal Albert! Wah, makin semangat deh mau minum teh Indonesianya.


Goodie Bag dan Door Prize yang Aku dapatkan




You may also like

Tidak ada komentar:

Gladys Franatha. Diberdayakan oleh Blogger.